Friday, April 27, 2007

Dengan segala Romansa

Embun di pagi buta.. menebarkan sejuk pagi.. detik demi detik ku ingin.. inikah saat ku pergi.

Oh Tuhan tolonglah dia.. berikanlah aku hidup.. Tak kan kusakiti dia.. hukum aku bila terjadi

Aku tak mudah.. untuk mencintai..

Aku tak mudah.. mengaku ku cinta..

Aku tak mudah.. mengatakan.. aku jatuh cinta..

Di dadaku.. hanya untuk cinta.. Tirakatku hanya untuk engkau

Tiada dusta.. sumpah ku cinta.. Sampai ku menutup mata...


Photobucket - Video and Image HostingDengan segala romansa.. apakah itu cinta? Dengan segala kerasnya hidup dan pengalaman, sanggupkah romansa berdiri tulus tanpa dihujani keterbatasan manusia?

Dengan segala romansa.. dimanakah kamu berdiri?

Bagaimana cermin menggambarkan rupa dan hatimu? Bagaimana sore menenggelamkan cahayamu sedikit demi sedikit? Bagaimana tuntutan norma layaknya debu yg melahirkan polusi-polusi batin?


Dengan segala romansa.. Dimanakah nurani bergayut manja meregang kekakuan sejenak? Dimanakah ada pagi sejuk dan bersihnya udara? Dimanakah pengertian dalam dibalik tembok pengorbanan?


Aku rindu keterbuka'an.. keluguan.. dan nyamannya percaya..


Dengan segala romansa...

Aku ingat mama..


5 comments:

Anonymous said...

Keterbukaan adalah untuk dilakukan, bukan untuk dirindukan.

Selama keterbukaan hanya dirindukan selama itu pula ribuan orang tersakiti oleh ketidakterbukaan.

Siapapun sakit melihat layar ponsel kosong tanda tak ada satupun balasan. Haruskah ia menebak-nebak apa yang ada di pikiran si penerima tadi? Bencikah ia? Tak bisa menjawab kah ia?

Segala ungkapan kekesalan dan kebencian masih lebih baik daripada kebisuan yang tak terucap. Setidaknya ia bisa berhenti berharap, tidak menggantungkan harapan tak berujung.


Dear Flo,
maafkan aku yang kekanak-kanakkan seperti Bocah Tua Nakal mengajukan pertanyaan bodoh..

Bolehkah aku... errr...

Anonymous said...

Apakah begitu banyak hal yg memenuhi pikirannya, sampai2 tak mendengarkan lawan bicaranya sama sekali?

Sebenernya sih wajar2 saja kalau seseorang itu sedang "meleng" hingga tidak sepenuhnya mendengarkan lawan bicaranya...

Tapi ini... saat lawan bicaranya sedang bercerita tentang kerinduan akan seorang figur yg telah tiada, yg amat dicintainya, dan yang selalu dikenangnya,...... eh tiba2 saja insan ini merespon dengan sindirannya terhadap sang lawan bicara: mengapa surat-surat yg dikirimnya yg tak kunjung terbalas???

wow.... you are such a sensitive person

Anonymous said...

Thx for the flattery

Anonymous said...

Menjadi naif berarti malu, dan bukan bangga
Kelakuan memang milik kita, sejauh tdk mengganggu orang lain, itu hak kita.
Tapi berbangga pada kelakuan yg 'bahkan' kita sadar SALAH,
that's sinfull I guess...
Kemudian bercukup diri pada kata maaf sambil terus menekankan KESALAHAN tersebut.. that's embarasing...

Anonymous said...

tirakatku untuk cinta itu yang nggak kuat. :P