"brapa mbak nomer 3?"
"emm.. tigaribu tujuhratus. Ada tambahan gak mbak?"
"Tadi disket satu."
"O, jadi enamribu duaratus."
Cewek itu membuka dompetnya hendak mengeluarkan uang untuk membayar. Biasanya kalau user sedang tidak ramai, aku sempatkan untuk sedikit memperhatikan user di hadapanku. Tapi kalau lagi banyak yang ngantri bayar, kadang bahkan melirik user pun tidak. Ya.. gerakan harus serba cepat di situasi mendesak.
Tapi pagi itu.. kebetulan suasana lagi santai. Jadi aku tertarik untuk melirik mbak yang sedang mengambil uang hendak membayar. dompet dibuka. Hmm.. foto siapa didalamnya? Kadang2 cewek2 menyimpan pas fotonya, foto close-up berdua dengan teman, dengan pacar, pas foto cowok (entah sapa.. bisa siapa saja kan?) atau foto bayi, ah.. suka-sukalah..
Tapi.. cewek ini menyimpan foto yang tidak biasa.
dia memasang foto keluarga di dompetnya. foto berukuran 2R dengan komposisi studio foto. Baju resmi dan rapi dari anggota keluarga menghiasi frame mika kecil dalam dompet itu.
Hmm.. aku belum pernah berpikir kesana. Biasanya foto keluarga kupasang di meja atau di dinding dengan ukuran besar. Kalaupun beberapa temanku banyak yang memasang foto keluarganya di dompet, paling2 hanya seukuran pas foto, dan itupun terpisah2. Ayahnya saja, Ibunya saja, adik, kakak, dsb.
Nice idea, isn't it?
tapi dimana foto keluargaku?
Aahhh.. terakhir aku berfoto keluarga secara resmi begitu sudah 3 tahun yang lalu. Itupun tak kubawa ke kamar kos. Hanya menghias dinding rumah saja. Seandainya aku bisa memasang foto keluargaku yang lengkap semacam itu di dompetku? tapi foto 3 tahun lalu itu sudah tidak up2date lagi. Terutama Ibu.. sekarang Ibu.. ah Ibu..
Aku bermimpi untuk berfoto lagi. di studio lagi. bersama keluargaku lengkap. Termasuk Ibu.
Ibu yang sekarang dan yang akan datang.
Ibu.. kapan aku bisa mengajakmu berfoto bersama? tersenyum dan jadi ratu dalam foto dompetku?
aku rindu Ibu...
Regulating the (yet) Unregulable?
1 year ago
No comments:
Post a Comment